Bismillah...
Ada banyak sekali cara yang sering digunakan oleh seseorang
untuk menilai karakter dan kepribadian orang lain. Ada yang melihat dari
tingkah lakunya, dilihat bagaimana sikapnya, cara berjalannya dll. Ada
yang dilihat dari cara berpakaiannya, dsb. Bahkan ada yang menilai
kepribadian dari rasa es krim yang disukainya. Ada lagi sebuah situs
nih, namanya primbon.com. Di sana ada cara menilai kepribadian seseorang
lewat tanggal lahir, ada juga yang lewat posisi tahi lalat yag ada di
tubuhnya, yang aneh lagi yaitu melalui (maaf) cara kentutnya. Kebayang
nggak ya, bagaimana menentukannya?
Yang aneh lagi nih, konon katanya dalam sebuah majalah wanita
(saya cuma dapat cerita dan tidak baca sendiri) ada yang menilai
karakter kepribadian seseorang lewat bentuk bibirnya. Kalau bibirnya
tipis semua katanya kepribadiannya jelek, soalnya dia ceriwis dan suka
ngomel. Kalau lebih tebal yang atas atau yang bawah katanya juga kurang
baik. Lah lebih bahaya lagi kalau tebal semua, berarti habis disengat
lebah. Afwan kalau ada yang seperti yang saya contohkan, ini hanya kata
dalam majalah tersebut bukan kata saya.... jadi nggak usah
pegang-pengang bibir segala.
Lain lagi
salah satu suku di Myanmar. Seorang wanita dinilai memiliki kepribadian
yang tinggi dilihat dari panjang lehernya, semakin panjang lehernya
semakin tinggi kepribadiannya. Sehingga seorang anak perempuan di sana
sampai dipasang sebuah gelang dari besi dilehernya. Dan setiap bertambah
usianya, gelang tersebut juga ditambah. Sehingga leher tersebut dipaksa
untuk semakin panjang dan panjang. Ini sangat berbahaya, karena yang
memanjang bukanlah tulang lehernya tetapi karena sambungan atara tulang
leher yang merenggang. Sehingga kalau gelang tersebut dilepas dari
lehernya, leher tersebut bisa patah karena tidak kuat menyangga kepala.
Ada lagi cara menilai kepribadian pada salah satu suku di
Afrika sana. Mereka menilai kepribadian seorang wanita dari lebar
bibirnya. Jadi untuk menilai kepribadian seorang wanita mereka menarik
bibir bawahnya kemudian diletakkan cowek (yang buat ngulek sambel)
dibibir tersebut, semakin besar cowek yang bisa masuk kesitu maka
semakin tinggi pula kepribadiannya.
Masih banyak lagi cara menilai kepribadian seseorang, dan
setiap daerah banyak yang memiliki cara sendiri yang berbeda-beda. Kalau
kita melihat, orang Jawa yang terkenal sikapnya lemah lembut, sehingga
kalau bicara sampai muter-muter kesana-kemari. Jadi kalau mau
menyampaikan sesuatu mukadimahnya saja sudah satu jam sendiri baru masuk
ke inti permasalahannya yang hanya lima menit saja, karena terlalu
banyak basa-basi. Beda halnya dengan orang Madura, orang Sunda, begitu
juga dengan orang Batak dan suku-suku yang lain.
Lantas bagaimana cara menilai kepribadian seseorang? Adakah
standar tersendiri untuk menilainya?
Kalau dalam psikologi dulu waktu saya jadi psikotester, untuk
menilai kepribadian seseorang dilakukan tes kepribadian dengan menjawab
pernyataan-pernyataan yang macem-macem gitu. Inipun menurut saya juga
tidak selalu valid, bisa jadi orang yang menjawab pernyataan tersebut
mengerjakannyya secara acak dan asal pilih jawaban saja. Jadi mana
mungkin kita bisa menilainya dengan benar?
Kalau kita hanya menyandarkan dari penampilan pun demikian
juga, belum tentu orang yang penampilannya menawan lebih baik
kepribadiannya dari orang yang biasa-biasa saja. Kita kembali melihat
sejarah Islam, kamu kenal Bilal bin Rahbah? Juga kenalkah kamu dengan
Mus’ab bin Umair? Kalau kita lihat secara fisik keduanya jelas berbeda.
Bilal yang digambarkan sebagai seorang yang berkulit hitam, rambutnya
juga tidak lurus, dia juga bekas budaknya Umayah yang dimerdekakan oleh
Abu Bakar. Sedangkan Mus’ab bin Umair adalah seorang pemuda yang kaya
raya lagi cakep dan dermawan. Seandainya dia lewat di daerah kita, bisa
jadi banyak ibu-ibu yang kecantol kepadanya. Tetapi apa kenyataannya?
Mereka berdua sama-sama dijamin masuk surga.
Kita lihat bagaimana Abu Bakar dan Umar bin Al Khattab, mereka
memiliki karakter yang berbeda pula. Tapi keduanya juga dijamin masuk
surga. Ternyata penampilan, sikap dan tingkah laku tidak bisa dijadikan
tolok ukur untuk menilai kemuliaan seseorang. Apalagi hanya dengan kita
melihat penampilan luarnya saja. Lantas apa yang menjadikan seseorang
tinggi derajat serta kepribadiannya?
Ingatkah kita dengan firman Allah dalam surat Al Hujurat ayat
yang ke 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu.”
Allah Azza wa Jalla tidak menilai kita dari bentuk fisik dan
penampilan kita. Tetapi orang yang berkepribadian tinggi dan mulia di
sisi-Nya adalah mereka yang paling takwa kepadanya. Oleh karena itu
setiap hal yang ingin kita lakukan hendaklah disandarkan pada dinul
Islam, yaitu dengan mendasari dan menyesuaikan setiap tindakan kita
dengan Al Kitab dan As Sunnah. Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan
kita dalam salah satu ayatnya:
“Apa-apa yang diperintahkan rasul kepadamu, maka
kerjakanlah. Dan apa-apa yang dilarangnya padamu, maka tinggalkanlah.”
0 komentar:
Posting Komentar